Jelang Pilkada Soppeng 2024, Ingat Masyarakat Harus Paham, Pemimpin Hebat Tidak Dilahirkan
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Jelang Pilkada Soppeng 2024, Ingat Masyarakat Harus Paham, Pemimpin Hebat Tidak Dilahirkan

    Kabartujuhsatu
    Sabtu, 18 Mei 2024, Mei 18, 2024 WIB Last Updated 2024-05-18T16:14:05Z
    masukkan script iklan disini

    Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Menjelang Pemilihan Kepala Daerah serentak tahun 2024, khususnya di kabupaten Soppeng provinsi sulawesi selatan sangat menarik dibahas utamanya terkait karakter, ciri dan kemampuan managerial kepemimpinan. 

    Tentu banyak hal perlu dipahami oleh masyarakat dalam memilih seorang yang akan memimpin daerah yang berjuluk Bumi Latemmamala ini. 

    Salah satu mencuat dalam diskusi kecil yang dilangsungkan di salah satu warkop di bilangan kota Watansoppeng yakni mengaitkan dengan falsafah Bugis yang dipegang teguh oleh orang-orang yang memiliki integritas dan menghormati petuah terdahulu hingga sekarang, Sabtu malam (18/5/2024). 

    Meski dipahami dalam perhelatan demokrasi pemilihan kepala daerah secara langsung dari mandat rakyat ini memiliki kost politik yang tinggi namun sebagai masyarakat yang memiliki prinsip, itu bukanlah hal yang utama, apalagi jika ingin melihat daerahnya terbangun dengan baik dan masyarakatnya dapat hidup, tentram, damai dan sejahtera. 

    Pemimpin hebat itu, tidak dilahirkan, namun mereka berkembang melalui kombinasi kesadaran diri, kolaborasi, semangat, keterbukaan pikiran, kemampuan beradaptasi, pemberdayaan, dan inovasi . 

    Calon pemimpin haruslah berinisiatif untuk memupuk sifat-sifat ini dan menginspirasi kehebatan dalam diri untuk masyarakat yang lebih maju dan sejahtera. 

    Menurut Ade Irawan sosok budayawan di kabupaten Soppeng mengungkapkan bahwa, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam memilih pemimpin kedepan dari konteks falsafah Bugis yang hingga kini dipegang teguh yakni, Maraja Kiningnawa (Ramah), Lempu (Jujur), Warani (Keberanian), Genteng (tegas/konsisten). 

    Maraja Kiningnawa yang dapat diartikan ramah dan tersenyum di saat bertemu, terbuka dalam berdiskusi dan tidak sombong serta tidak membeda-bedakan. 

    Lempu" bisa diartikan Kejujuran yang kuat, dan Lempu' berarti “lurus” yang merupakan antonim dari kata 'bengkok', kata tersebut dalam berbagai konteksnya, berarti juga ikhlas, benar, baik atau adil. 


    Warani atau Keberanian untuk menegakkan kebenaran dalam praktek kehidupan bermasyarakat, dan kendati sering kali berhadapan dengan berbagai tantangan yang mengahadang kebenaran itu. 

    Namun kalangan Bugis menghadapinya dengan prinsip warani atau sikap keberanian demi suatu kebenaran.

    Getteng dalam arti tekad yang kuat.

    Getteng adalah sebagai sesuatu yang tegas dan konsisten, yaitu tindakan yang tidak samar-samar dan bimbang. 

    Hal ini dimaknai sebagai sikap yang berani dan percaya diri, mengungkapkan apa yang benar dan apa yang salah dan memiliki pendirian yang kuat, kokoh dan bijaksana. 

    Sementara itu, Andi Ayyub mengatakan, Falsafah Bugis sangat penting menjadi dasar untuk mencari pemimpin karenanya aktualisasi dari nilai Falsafah Bugis seperti Getteng, Lempu Na Ada Tongeng dapat membentuk pemimpin yang berkarakter Anti Korupsi, ungkapnya. 

    "Bangsa Bugis itu, dikenal sebagai penganut adat-istiadat yang kental dan kuat, sehingga salah satu falsafah Bugis yang masih dianut hingga saat ini, yakni Getteng, Lempu dan Ada Tongeng. 

    "Dan Falsafah atau pandangan hidup tersebut merupakan sikap batin paling mendasar yang dimiliki oleh orang Bugis khususnya di kabupaten Soppeng ini, pungkasnya.

    (Red) 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini