Jakarta, Kabartujuhsatu.news, Taufik (35) asal Garut sudah dua tahun menjadi pedagang keliling _aci dicolok_ (cilok) di wilayah kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.
"Kami punya Bos memiliki 15 armada grobak makanan jajanan khas Bandung ini. Per satuan harganya seribu rupiah. " Ucap Taufik saat menceritakan management sederhana usaha cilok.
Cilok memang bukan kepajangan _cinta lokasi_, namun sering kita lihat anak-anak sekolah dan remaja menikmati tidak jauh dari lokasi penjualan cilok alias tidak jauh dari gerobak atau _drive through_ dibawa dengan plastik setelah dibumbui kacang dan stik lidi.
Menurut pengakuan ayah dari seorang putra ini,Taufik, dari 1 cilok yang ia jual menerima keuntungan tiga ratus lima puluh rupiah. Setiap gerobak berisi 400 butiran cilok.
"Artinya, jika habis 400 cilok terjual maka omzet Rp. 400.000, dan keuntungan saya Rp. 140.000. Lumayan daripada mencari pekerjaan yang semakin sulit saat ini lebih baik jualan cilok," lanjut Taufik menjelaskan.
Lelaki asal Garut ini merupakan prototipe pekerja di sektor informal. Ia bersama 14 rekan usaha lainnya dalam 1 majikan menyetor uang sebesar Rp. 260.000 atau Rp. 3.900.000 (tiga juta sembilan ratus). Dalam sebulan omset jadi Rp. 11.700.000 (sebelas juta tujuh ratus ribu). Ini halal semua.
(Suta Widya)