Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Di era globalisasi ini, penting bagi sekolah untuk memperkenalkan ragam tradisi atau budaya kepada siswa sebagai bagian dari pendidikan mereka, apalagi saat ini sedang maraknya transformasi digital begitu cepat berkembang.
Hal ini tidak hanya membantu meningkatkan pemahaman budaya, tetapi juga membuka cakrawala baru bagi perkembangan pribadi dan pembelajaran siswa selaku produk generasi Z di sekolah maupun dilingkungan sekitarnya.
Untuk itu, SDN.3 Lemba Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng akan terus berupaya menggali dan mengenalkan ragam tradisi atau budaya khususnya budaya Bugis Soppeng yang jarang orang mengetahui bahkan sangat jarang dilakukan oleh kalangan masyarakat sehingga dengan pergerakan dan berbagai cara yang dilakukan SDN 3 Lemba kepada peserta didik di kelas agar mereka bisa mengenal, menerapkan, melestarikan, dan mengetahui manfaatnya dalam proses pendidikan.
Andi Rahman Sulo salah satu guru pembina kesiswaan di SDN 3 Lemba, mengatakan bahwa melihat kondisi di era globalisasi saat ini, cukup memprihatinkan terkait kelestarian tradisi dan atau budaya Bugis yang kini dapat dinilai semakin ditinggalkan oleh generasi Z bahkan bisa jadi kedepannya akan punah, "Makanya saya ajak mereka mengenal dan mensimulasikan salah satu tahapan proses pernikahan yakni, Massuro/ Madduta (Melamar)". terang Andi Rahman. Ahad (9/6/2024).
Andi Rahman menuturkan bahwa sebelum tahapan Massuro atau Madduta ini, ada tahapan sebelum dan sesudahnya yakni Ma'manu-manu, Ma'pesse'-pesse', Massuro/Madduta, Mappettu aada, Mappasau Botting, Mappanre Temme', Mappacci, Mappasili, Mappenre dan Madduppa Botting, Mappassikarawa, Mapparola, Ziarah Makam, dan Massita beseng, sebutnya
"Disimulasi ini, saya memperkenalkan tahapan Massuro atau Madduta dengan menggunakan sastera Bugis/elompugi atau bahasa Bugis yang sangat halus.
Ditahapan Massuro atau Madduta ini, Andi Rahman Sulo menjelaskan lebih detail kepada peserta didik, mulai dari tekhnik dan bagaimana menuturkan atau menggunakan bahasa yang sangat halus sekali atau yang kita kenal sastra Bugis atau elompugi, meskipun dari beberapa mereka ada yang sulit melafaskan bahasa Bugis yang baik dengan aksen dan intonasi yang tepat, itu dikarenakan sama sekali tidak pernah diucapkan dan baru mereka dengar.
"Nah inilah yang mendasari saya untuk memperkenalkan kepada mereka". Ucap A.Rahman.
"Dengan pergerakan simulasi ini, peserta didik bisa mengetahui fungsi dan manfaat belajar tradisi atau budaya sendiri sejak dini yakni dengan membentuk dan membangun karakter peserta didik, kemudian mengembangkan keterampilan (Skill) dan Komunikasi, membangun kreativitas, dan memperkuat identitas Suku.
"Insya Allah, disesi simulasi berikutnya, saya akan memperkenalkan lagi permainan tradisional Bugis kepada peserta didik yang tidak pernah dilakukan di zaman sekarang ini.
"Dan jangan lupa Bapak ibu bisa lihat video dokumenter singkat simulasinya di akun Tiktok (@andirahmansulo282), IG (@sulomandi), FB (Andi Rahman Sulo). Pungkas Andi Rahman Sulo.
(Red)