Jakarta, Kabartujuhsatu.news, Kisah ini nyaris sudah delapan tahun berlalu, yang berawal dari Sdr. Syarif Hidayat dari KRKI (komunitas Relawan Kemanusiaan Indonesia) yang menemukan adanya tulisan sila-sila Pancasila berada di balik patung burung garuda di bagian ekor terdapat bendera “merah putih” dan sila-sila PANCASILA lengkap dengan tulisan Cina yang terpajang di anjungan Taman Mini Indonesia Indah TMII Jakarta, membuat 3 LSM bergerak untuk melakukan gerakan agar masyarakat bangsa Indonesia peduli terhadap kondisi Indonesia khususnya budaya Indonesia yang diwarnai dengan budaya etnis tionghoa yang bukan asli budaya nusantara.
Saat ini Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta terdapat Anjungan Tionghoa. Taman ini merupakan taman yang dibangun dengan menyuguhkan konsep bernuansa khas etnik Tionghoa.
Taman ini berada di sisi timur, diapit oleh Wahana Pemancingan Telaga Mina dan Museum Perangko.
Pendirian taman ini dimulai sejak tahun 2004, melalui Yayasan harapan Kita yang menyediakan lahan seluas 4,5 hektar kepada masyrakat Tionghoa Indonesia untuk membangun Taman Budaya Tionghoa di TMII.
Kemudian pada tanggal 8 November 2006 dimulailah pembangunan Taman ini sekaligus peresmian pintu gerbang oleh ketua Yayasan Harapan Kita, H.M Soeharto.
3 LSM yakni LSM Front Pribumi, Front KRKI dan LSM LEMTARI (Lembaga Tinggi Masyarakat Adat Republik Indonesia) hari Jumat (23/12/2016) melakukan diskusi bersama, dengan menghasilkan rekomendasi yang intinya memberikan kritikan kepada pemerintah terkait budaya dan keberadaan anjungan Tionghoa ini.
Diskusi yang diikuti oleh insan pers dan SII yang berlangsung dari pukul 13.30 wib sd 16.00 wib ini juga melakukan peninjauan langsung terhadap pemampangan sila-sila Pancasila yang bertuliskan cina dan berada di di balik patung burung garuda.
“Saya prihatin dengan keadaan seperti sekarang ini, dibanding adat, pemerintah lebih meninggikan budaya, padahal dengan meninggikan adat, merupakan filter masuknya budaya asing seperti yang telah berkembang saat ini,” ujar Suhaeli Husein selaku Ketua LSM LEMTARI di Taman Mini Indonesia Indah (23/12/2006) lalu.
Beberapa Keanehan
Pantauan SII beserta pihak LSM menemukan beberapa temuan diantaranya:
Merah putih dan tulisan sila-sila Pancasila dengan huruf Cina hilang (tidak ditemukan lagi), seperti yang sebelumnya pernah ditemukan oleh Syarif Hidayat LSM KRKI.
Burung garuda menengok ke kanan tidak penuh dan di lehernya terdapat rantainya.
Patung Pahlawan terpajang di anjungan tersebut yang diakui sebagai orang cina.
Sementara itu, LSM Front Pribumi (Hans Suta) mencatat bahwa :
1. TMII Digagas oleh Ibu Tien Soeharto dan Soeharto demi menyatukan kebhinekaan dari ribuan pulau, ratusan bahasa daerah dan adat di nusantara.
Semua dibuat dalam bentuk miniatur yang dapat dikunjungi dan dilihat oleh rakyat Indonesia maupun wisatawan luar negeri.
2. Kekayaan milik Indonesia ini tidak ada tandingan dari mana pun di dunia. Sehingga dapat dikatakan TMII merupakan representasi ideal untuk mengetahui adat istiadat dan budaya untuk tingkat awal sebelum riset ke daerah yang sebenarnya bagi para ilmuwan.
3. Sayangnya keberadaan TMII pasca Reformasi 1998 seiring perjalanan waktu mulai memudar kharismanya. Objek wisata termurah ini mulai banyak kekurangan dari segi pendanaan untuk pemeliharaan.
4. Beberapa sentra kunjungan mulai ada yang tutup.
Apakah karena masalah pendanaan sehingga beberapa tahun belakangan ini berdiri Taman Budaya Cina, dan Museum Poh An Tui.
5. Dari propinsi mana Cina itu berasal, dan adat istiadat mana yang diakui oleh penduduk nusantara ini. Mereka pendatang seolah menjadi pemilik dari salah satu bagian dari 33 propinsi di nusantara.
6. Mengapa seperti ada pribumi sampah yang mencoba menjual negara ini lambat laun. Mereka melakukan semua melalui Politik Asosiasi, yaitu dengan cara menduplikasi produk asli leluhur nusantara.
7. Kita tahu, bahwa Cina ada duplikator terunggul dalam segala hal. Mereka bertarung dalam memproduksi elektronik yang dibuat oleh Jepang, Amerika dan Eropa. Kini Cina berupaya menjadi Cina Raya dengan pelbagai ekspansi.
8. Anjungan Cina di TMII menurut pengamatan Front Pribumi merupakan sinyal kuat ekspansi CINA. Mereka bekerja sama dengan Cina yang sudah datang sejak 400 tahun lalu. Baik yang datang atas jasa penjajah Belanda maupun yang datang dengan modal sendiri.
9. Tidak ada anjungan Jepang, Portugis maupun Arab di TMII. Tapi, mengapa ada anjungan Cina? Seakan bangsa ini kembali menjadi bangsa taklukan bangsa lain di negeri sendiri.
10. Kami Front Pribumi menghimbau agar pribumi nusantara bangkit dan melawan dari tidur yang dibuat dari sogokan dan candu dikirim dari Cina.
11. Elemen yang menghadiri dari LSM KRKI, LEMTARI, dan Front Pribumi.
11. Anjungan Tionghoa sangat luas jika dibandingkan dg Anjungan-anjungan yg lain yg ada di TMII.
Tuntutan: Tutup anjungan Cina di TMII karena tidak sesuai dengan adat nusantara.
LEMTARI (Lembaga Tinggi Masyarakat Adat Republik Indonesia).
LSM yang didirikan sejak tahun 2015 melalui Ketua Umumnya Suhaili Husein Datuk Mudo, SH. mencatat antara lain:
Latar belakang berdirinya LEMTARI disebabkan oleh :
1.Karena banyak fakta dan hal negara dan bangsa ini sudah diinjak-injak oleh negara lain, tetapi pemerintah kita mengebelakangkan adat tersebut, justru yang dikedepankan budayanya.
Apabila budaya yang dibesar-besarkan maka budaya negara terbesarlah yang akan masuk ke negara kita. Adat itu yang mengatur kehidupan kaumnya, dari mulai bangun sampai tidur.
2.Semena-mena disebabkan bebas visa, maka banyak orang luar yang dengan mudahnya masuk ke indonesia dengan alasan Tourist, nyatanya malah kerja di Indonesia. Mereka akan mengajukan untuk minta menghentikn bebas visa.
3.Jaman globalisasi, Masyarakat kita kehilangan jatidiri sebagai bangsa yang beradat.
Yang berhak atas tanah ulayat Indonesia adlah suku dan rakyat indonesia.
Tetapi kenapa justru sekarang malah banyak orang cina mendirikan bangunan yang megah-megah di indonesia.
“Budaya itu adalah kebiasaan. Sedangkan adat menurutnya adalah hukum atau aturan. Jadi tidak sama adat dan budaya,” Ungkap Datuk Mudo Suhaeli. Selasa (30/7/2024).
Datuk Mudo Suhael menambahkan bahwa LEMTARI siap mengajak masyarakat indonesia untuk bersatu demi kemaslahatan umat di indonesia.
"Untuk menjadi jati diri kita sendiri dan mengedepankan adat indonesia, sehingga bisa menyaring budaya yang masuk ke indonesia.
“Setuju atau tidak kita sudah mulai kehilangan jati diri? Contoh, masyarakat kita lebih suka kebarat-baratan.
"Nama anak pakai nama asing, bahasa juga, selain itu pakaian dan lain lain, oleh sebab itu, kita takut bangsa ini seperti Singapura,” pungkas Suhaeli.