Praktisi Pendidikan Ramli Mahmud Ajak Renungkan Keterbatasan Pemahaman Hadapi Agresi Pembodohan Terselubung
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Praktisi Pendidikan Ramli Mahmud Ajak Renungkan Keterbatasan Pemahaman Hadapi Agresi Pembodohan Terselubung

    Kabartujuhsatu
    Senin, 08 Juli 2024, Juli 08, 2024 WIB Last Updated 2024-07-08T14:45:08Z
    masukkan script iklan disini

    Soppeng, Kabartujuhsatu.news- Dalam era digital yang semakin terhubung dengan arus informasi yang tiada henti, tantangan besar yang dihadapi manusia modern adalah agresi pembodohan terselubung. 

    Terkait hal itu, Ramli Mahmud, seorang praktisi pendidikan, mengajak untuk merenungkan keterbatasan pemahaman kita dalam menghadapi fenomena ini, ujarnya, Senin (8/7/2024). 

    Menurutnya, "Informasi sering kali dimanipulasi dan disebarluaskan dengan tujuan untuk mengontrol pemikiran dan tindakan individu tanpa mereka sadari.

    "Keterbatasan kemampuan pemahaman menjadi titik lemah yang dimanfaatkan oleh para pelaku agresi pembodohan terselubung. 

    "Ketika informasi yang kita terima sesuai dengan keyakinan dan harapan yang sudah ada, kita cenderung menerima dan mempercayainya tanpa banyak pertanyaan. 

    "Dalam kondisi seperti ini, kita menjadi bagian dari siklus pembodohan tanpa menyadari peran kita di dalamnya, tandas Ramli.

    Ramli yang akrab di sapa Guru Besar ini mencontohkan, "Plato, filsuf besar dari masa lalu, menggambarkan kondisi ini melalui "Allegory of the Cave". 

    "Dalam alegori tersebut, manusia yang terkurung dalam gua hanya mampu melihat bayangan di dinding dan menganggap bayangan itu sebagai realitas sejati. 

    "Ketika salah satu dari mereka berhasil keluar dari gua dan melihat dunia luar yang sebenarnya, ia menyadari betapa terbatas dan salahnya pemahamannya selama ini. 

    "Namun, kembali ke gua untuk membebaskan yang lain tidaklah mudah, karena mereka lebih memilih kenyamanan bayangan yang mereka kenal daripada kebenaran yang menyakitkan dan asing.

    "Dalam dunia modern, bias konfirmasi memperkuat proses ini. Kita cenderung mencari dan menafsirkan informasi yang menguatkan keyakinan kita, serta mengabaikan atau menolak informasi yang bertentangan. 


    "Di tengah arus informasi yang disajikan secara selektif dan manipulatif, kita sering kali terjebak dalam keyakinan yang sebenarnya adalah ilusi. 

    "Kita menjadi bagian dari agresi pembodohan tanpa menyadarinya, terperangkap dalam siklus yang terus berulang.

    "Namun, kesadaran akan keterbatasan ini adalah langkah pertama menuju pembebasan. Ramli Mahmud menekankan pentingnya mengembangkan kesadaran kritis, dan pendekatan emosiaonal terhadap anak/siswa serta mempertanyakan informasi yang kita terima, dan berani mencari kebenaran yang lebih mendalam. Seperti manusia yang keluar dari gua dalam alegori Plato, kita harus berani melangkah keluar dari 'gua' kita sendiri dan menghadapi kenyataan yang sebenarnya.

    Ramli Mahmud mengajak kita untuk merenungkan hal ini: dalam perjalanan mencari kebenaran, kita harus siap menghadapi ketidaknyamanan dan ketidakpastian. 

    "Hanya dengan demikian, kata Ramli, "Kita bisa melindungi diri dari agresi pembodohan terselubung dan membantu orang lain untuk melihat kebenaran yang lebih jelas.

    "Mari kita berkomitmen untuk tidak terjebak dalam siklus pembodohan, dengan berpikir kritis dan terbuka terhadap berbagai perspektif, kita bisa membebaskan diri dari bayang-bayang yang menipu dan menemukan cahaya kebenaran yang sejati," ujar Ramli Mahmud.

    (Red)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini