Bulukumba, Kabartujuhsatu.news,- Sekolah Penggerak di Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan, benar-benar membuktikan eksistensinya. Terbukti dalam setahun, Sekolah Penggerak di Bulukumba telah merealisasikan lima program yang progresif. Senin (15/7/2024).
Kelima program itu, di antaranya literasi dan digitalisasi di masing-masing sekolah, pembelajaran yang berpusat pada murid atau siswa, disiplin positif, komunitas belajar, serta project penguatan profil pelajar Pancasila atau disingkat P5.
Adapun penggiat sekolah penggerak Bulukumba, yaitu Ansar Langnge S.Pd, M.Pd (SMPN 1 Bulukumba), Andi Nurwina Pangki, S.Pd, M.Pd (SMPN 8 Bulukumba), Abdul Azis, S.Pd, M.Pd (SMPN 9 Bulukumba) Dr Kasmawati (SMPN 17 Bulukumba), Kaharuddin Sultan, S.Pd (SDN 2 Bulukumba), dan
Andi Jusniati, S.Pd (TK Putri Asyiba Ujung Loe Bulukumba).
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Bulukumba, Ansar Langnge menjelaskan bahwa pihaknya telah memaparkan program tersebut ke Bupati Bulukumba Andi Muchtar Ali Yusuf melalui Kemah Sekolah Penggerak, yang dilaksanakan beberapa waktu lalu.
Selain Bupati, ekspos program sekolah penggerak juga dihadiri oleh Kepala Balai Besar Guru Penggerak Sulsel Dr Agung, M.Pd, Sekda Bulukumba Muh Ali Saleng, hingga Kadisdikbud Bulukumba Andi Buyung Saputra.
"Kami telah memaparkan apa yang telah terealisasi dalam setahun, serta apa-apa saja yang akan kami lakukan lagi setahun ke depan," ujar Ansar Langnge di Bulukumba, Kamis 11 Juli 2024.
Setelah ekspos, dilanjutkan dengan dialog antara sekolah penggerak dengan Bupati Andi Muchtar Ali Yusuf. Dialog dipimpin langsung oleh Kadisdikbud Bulukumba Andi Buyung Sapitra.
Ia mengaku bersyukur atas respons Bupati Bulukumba, pasca mendengar ekspos tersebut. Ansar menuturkan bahwasanya Bupati yang akrab disapa Andi Utta adalah bupati yang visioner, sehingga program-program sekolah penggerak bisa disinkronkan.
"Alhamdulillah beliau (Bupati Andi Utta) betul-betul mengapresiasi program kita. Akhirnya beliau yang memfasilitasi kita," jelas Ansar.
Kepsek SMPN 8 Bulukumba, Andi Nurwina Pangki menguraikan kelima program sekolah penggerak. Ia bilang, literasi dan digitalisasi masing-masing diberlakukan di enam sekolah penggerak.
"Namun bentuk maupun teknis program literasi dan digitalisasi ini, punya perbedaan antara sekolah yang satu dan sekolah lainnya," ungkapnya.
Andi Nurwina mencontohkan bentuk program pembeda yang ada di SMPN 8 Bulukumba dengan sekolah penggerak lainnya, yaitu Suara Demokrasi yang merupakan pengejawantahan dari program P5.
Suara demokrasi itu, katanya, saat pemilihan ketua OSIS di SMPN 8 Bulukumba. Di mana suara demokrasi menegaskan untuk memilih pemimpin secara langsung, terbuka, jujur dan adil.
"Jadi suara demokrasi ini, hampir sama halnya dengan proses Pemilu di Indonesia. Ini istilahnya pemilihan sekolah. Selama ini kan hanya penonton saja," ujar Andi Nurwina.
"Jadi ada juga kampanye, pemaparan visi misi, ada bilik suara hingga surat suara. Bukan hanya murid yang memilih, tetapi guru-guru juga ikut menyalurkan suaranya," sambungnya.
Terpisah, Kepala Dinas Dikbud Bulukumba Andi Buyung Saputra mengaku memang mewajibkan sekolah penggerak untuk jadi role model sekolah. Artinya implementasi kurikulum merdeka belajar jadi pioner.
"Memang mereka harus pancarkan ke sekolah-sekolah lain. Sekolah penggerak pioner pertama implementasi kurikulum merdeka. Sekarang kurikulum nasional," urainya.
Olehnya, alumnus IPDN ini berharap agar semua sekolah di Bulukumba bisa mengikuti pola sekolah penggerak. Apalagi, sekolah penggerak telah melalui proses evaluasi dan tes dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Untuk standar tidak ada, yang penting mereka berinovasi untuk transformasi pendidikan. Jadi mereka (sekolah penggerak) punya caranya masing-masing," jelas Andi Buyung Saputra.(*)