Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Villa Yuliana yang terletak di pusat kota kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya berada di wilayah Kelurahan Botto Kecamatan Lalabata sangat menarik untuk menjadi referensi bagi pecinta pengetahuan tentang sejarah.
Salah satu pemerhati budaya di kota Watansoppeng Andi Ayyub mendampingi cucu dari
Tuan H KOOIJ pejabat sipil belanda yang pernah bertugas di soppeng di masa pemerintahan Hindia Belanda.
Ia adalah Laurens Jan Vogelaar Belanda saat bersama Andi Ayyub di Villa Yuliana banyak bercerita tentang kakeknya moyangnya saat bertugas di Soppeng tahun 1906.
Laurens memperlihatkan Foto sang Kakek yang nampak berada di area Villa Yuliana dengan latar belakang Bulu Dua.
Laurens pun berpose seperti halnya sang kakek kala itu.
Andi Ayyub menyampaikan bahwa pihak pemerintah kabupaten Soppeng terus melakukan promosi obyek Wisata Villa Yuliana yang bukan hanya bagi warga Soppeng dan ataupun warga Indonesia akan tetapi dirinya menginginkan promosi ini sampai di negeri Belanda.
Menurut Pria yang akrab disapa Bau Ayyub ini bahwa, " Mestinya warga asli Belanda harus mengetahui bahwa ada yang namanya Villa Yuliana yang sangat menarik untuk menjadi tujuan wisata sehingga orang Belanda dapat berkunjung ke Soppeng bukan warga Indonesia yang ke negara Belanda, tandasnya.
Dalam perbincangan tersebut Laurens berjanji akan memperkenalkan Villa Yuliana di negaranya apalagi nilai sejarahnya sangat menarik dan memiliki hubungan dengan sang Kakek, tandasnya lagi.
Villa Yuliana merupakan salah satu tanda peradaban di Sulawesi Selatan, tepatnya di kabupaten Soppeng. Berdiri tepat dipusat kota Soppeng, vila yang diberi nama Villa Yuliana didirikan pada tahun 1905, menjadikannya salah satu bangunan bersejarah yang sangat tua di daerah ini.
Seiring berjalannya waktu, bangunan ini berubah fungsi menjadi museum pada tahun 2021, yang kemudian dikenal sebagai Museum Yuliana.
Villa Yuliana memiliki keunikan tersendiri dengan arsitektur yang mengadopsi gaya Bugis dan Belanda.
Menurut Evan, petugas dari Museum Yuliana, "arsitektur Bugis dapat dilihat dari profil-profil kecil pada bagian atap, sementara lengkungan dan detail lain mengadopsi gaya Eropa.
"Tidak hanya itu, lantai villa ini juga unik dengan keramik 20x20 cm yang digambar tangan, menciptakan nuansa klasik yang autentik.
Bangunan ini memiliki dua lantai dengan tinggi langit-langit mencapai empat meter.
Ruang-ruang di dalamnya juga terawat dengan baik, menjaga keaslian dari tahun 1905. Villa ini dulunya digunakan sebagai mes oleh pemerintah kolonial Belanda hingga tahun 1990-an, sebelum beralih fungsi menjadi museum pada tahun 2008.
Museum ini menyimpan berbagai artefak dan fosil dari zaman paleolitikum, neolitikum, dan megalitikum, yang ditemukan di sekitar Soppeng.
Salah satu daya tarik utama dari Museum Yuliana adalah kisah-kisah mistis yang sering diceritakan oleh masyarakat sekitar.
Konon, ada penampakan noni Belanda di bangunan ini, menambah aura misteri yang menarik perhatian banyak pengunjung.
Namun, di balik semua itu, museum ini tetap memukau dengan keaslian bangunannya yang tetap dipertahankan meskipun sudah melalui beberapa renovasi kecil.
Dengan pemandangan kota Soppeng yang indah dari lantai dua, “Villa Yuliana tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah, tetapi juga menjadi tempat yang memperkaya pengetahuan pengunjung tentang warisan budaya dan sejarah di Soppeng” ungkap Evan.
Seiring berjalannya waktu, Villa Yuliana tetap berdiri megah sebagai salah satu simbol peradaban di Soppeng, menyimpan cerita-cerita berharga dari masa lalu.
(Red)
