Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Nasional Yadi Sofyan Noor/Ist.
Jakarta, Kabartujuhsatu.news, Upaya pemerintah dalam mewujudkan swasembada berkaitan dengan darurat pangan dunia menunjukkan betapa bulatnya tekad yang dibawa saat ini untuk kemajuan bangsa dan negara.
Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman selaku pemegang komando di lingkup Kementan langsung tancap gas sejak dilantik Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Oktober tahun lalu.
Masuknya Amran sebagai Mentan betul-betul membawa perubahan besar.
Bagaimana tidak, seluruh pejabat di eselon 1, 2 maupun di bawahnya langsung diminta turun ke lapangan.
Dia ingin data yang tersaji betul-betul akurat sehingga ke depan dapat dipertanggungjawabkan.
Gerakan Amran memimpin operasi pertanian dimulai dengan Optimasi Lahan (Oplah) di sejumlah daerah seperti Sumatra Selatan, Kalimantan dan juga beberapa kabupaten di Pulau Jawa.
Menurutnya, operasi tersebut merupakan jawaban pasti bagi Indonesia mewujudkan satu persatu mimpi besarnya.
Amran beralasan lahan tidur yang perlu dibangunkan secara masif masih sangat luas dengan hitungan data yang ada mencapai kurang lebih 10 juta hektare.
Selain itu, ada juga potensi besar yang perlu dikembangkan secara cepat untuk meningkatkan kesejahteraan.
Namun, perjuangan memang tak semudah dan semulus jalanan aspal. El nino atau kekeringan panjang adalah satu masalah yang sampai saat ini belum juga usai.
Kondisi ini yang menjadi pemicu turunnya produksi hampir di semua negara termasuk Indonesia.
Namun, Amran tidak kehabisan akal, pikirannya selalu cerdas dan tau apa yang harus dilakukan.
Dia bergerak mengajak para tentara untuk memimpin operasi pompa.
"Ya, pompa atau pompanisasi adalah solusi cepat untuk melakukan pengairan pada lahan sawah tadah hujan yang kering akibat gelombang panas dunia.
Langkah pertama, dia menjadikan pulau jawa sebagai target utama pengairan. Beberapa sungai pun dibidik mulai dari Bengawan Solo sampai Cimanuk.
Bolak-balik dia ke istana hanya untuk meyakinkan bahwa pangan lebih penting dari sekedar biota sungai.
Amran menjelaskan saat ini ada gelombang panas dunia yang terus mengancam sektor pertanian Indonesia dan kini tengah dihadapkan pada gagal panen.
Kegagalan bahkan sudah di depan mata kalau saja pemerintah tidak bergerak cepat memberikan jaminan kecukupan air.
Sebagai informasi, total pompa yang sudah termanfaatkan di seluruh Indonesia kurang lebih mencapai 20.559 unit atau seluas 582.528 hektare pompanisasi yang sudah terealisasikan.
Angka sebanyak itu kemungkinan akan bertambah seiring permintaan kepala daerah di seluruh Indonesia.
Dampak dan Manfaat Pompa di Sejumlah Daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan memastikan para petani di sana mulai bernafas lega karena pemerintah memberikan bantuan pompanisai sebagai solusi cepat dalam memenuhi kebutuhan air.
Mereka bahkan bisa meningkatkan indeks pertanaman dari yang tadinya satu kali kini menjadi tiga kali dalam setahun.
Adapun bantuan pompa yang sudah diterima di Kabupaten Lamongan hingga Agustus ini mencapai 243 unit dari total usulan sebanyak 582 unit.
Seluruh pompa tersebar di 73 poktan, brigade dinas 70 unit dan brigade TNI 100 unit.
Sementara itu, irigasi perpompaan atau Irpom dan kontruksi yang direalisasikan mencapai 120 dan irpom yang termanfaatkan mencapai 85 unit.
Sedangkan luas tanam pompanisasi mencapai 21.015,20 hektare dan luas padi gogo mencapai 58 atau 100%.
Bukan hanya di Lamongan, manfaat pompanisasi juga dirasakan di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi sampai Tanah Papua, Merauke.
Ketika Ide Jadi Kenyataan
Bukan sekadar isapan jempol, ide menjadikan Indonesia swasembada nampak nyata di depan mata kita. Baru-baru ini, Indonesia berhasil mengekspor jagung 50 ribu ton ke Filipina melalui beberapa perusahaan di Provinsi Gorontalo.
Jumlah sebanyak itu memang belum sebanding dengan jumlah impor yang dilakukan. Tapi paling tidak, hilal kita sebagai bangsa yang mandiri bukan sekedar basa basi.
Ini menunjukkan produksi dalam negeri melimpah ruah hingga mengular ke sejumlah daerah.
Bukan hanya jagung, produksi bawang merah juga melimpah ruah. Baru-baru ini, Indonesia berhasil mengekspor 19 ribu ton bawang merah dari Brebes ke sejumlah negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, Vietnam dan Thailand.
Ekspor ini sekaligus untuk menekan inflasi dalam negeri dan juga meningkatkan kesejahteraan para petani.
Namun yang pasti, limpahan produksi ini harus diimbangi dengan penyerapan pemerintah.
Jangan sampai, harga jagung dan bawang merah yang sempat turun ini malah membuat petani merugi.
Bagaimana juga Bulog dan pihak terkait harus bergerak cepat mengamankan hasil panen dengan membelinya di harga tinggi. Ingat, petani adalah pahlawan bangsa sekaligus daya gedor perekonomian di Indonesia.
Geliat swasembada rupanya terbukti mampu menekan impor beras yang sempat tinggi akibat gagal panen dan cuaca buruk.
Kini, satu persatu masalah itu telah dilalui, stok di gudang Bulog mulai terisi, beras di Pasar Cipinang terpantau aman dan petani mulai mendapatkan harga terbaik.
Nilai Tukar Petani Terus Membaik
Nilai Tukar Petani (NTP) pada Januari 2024 sebesar 118,27 atau naik 0,43%. Harga Gabah Kering Panen di Tingkat Petani naik 2,97% dan Harga Beras Premium di Penggilingan naik 2,36%.
Sementara itu, NTP pada Februari 2024 sebesar 120,97 atau naik 2,28%. Begitu juga dengan NTP bulan April 2024 sebesar 137,77 atau naik 0,40%, NTP di bulan Juni sebesar 118,77 atau naik 1,77%, NTP Juli sebesar 119,61 atau naik 0,70%. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis kenaikan NTP rata-rata dipengaruhi komoditas gabah, cabe rawit, kelapa sawit dan komoditas kopi secara umum.
Kenaikan NTP merupakan bukti bahwa sektor pertanian selama ini masih menjadi tumpuan sekaligus harapan petani yang sangat menjanjikan terutama dalam hal peningkatan daya saing komoditas, peluang pasar ekspor dan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Seperti kita tahu, NTP merupakan indikator utama meningkatnya kesejahteraan petani di Indonesia.
NTP juga merupakan bagian penting dalam menentukan sebuah kebijakan yang berfokus pada produksi. Kebijakan itu di antaranya bisa dilihat dari kenaikian alokasi pupuk subsidi hingga pembagian benih gratis secara merata di Indonesia.
Menteri Amran Sulaiman nampaknya terus melakukan pembenahan besar-besaran untuk meningkatkan produksi pangan strategis utamanya padi dan jagung.
Di antaranya dengan penggunaan teknologi, pendampingan petani melalui penyuluh, mekanisasi pertanian, penggunaan benih unggul serta optimalisasi lahan marjinal seperti lahan rawa mineral.
Potensi lahan rawa mineral yang ada di Indonesia menurut Mentan ada sekitar 10 juta hektare yang jika di tahun 2024 nanti digarap 1 juta hektare dengan baik maka akan menambah peningkatan produksi beras sebanyak 2,5 juta ton.
Selama menjabat, Amran berhasil mewujudkan swasembada beras, jagung dan bawang merah yang terjadi pada 2017 lalu. Dia bahkan berhasil membawa kementan meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI pada 2016, 2017, 2018 dan 2019.
Juga menerima penghargaan anti Gratifikasi KPK pada 2017 dan 2018.
Selama ini, Amran juga dikenal memiliki ketegasan dalam memimpin. Oleh karena itu, ia diberi penghargaan pembina terbaik jabatan fungsional Pengelolaan barang dan jasa dari LKPP, penghargaan keterbukaan informasi publik dari Komisi Informasi Pusat.
M. Yadi Sofyan Noor, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan.
(Red/prf/ega)