Jakarta, Kabartujuhsatu.news, Mesjid Al-Asrif dekat Pasar Senen adalah tempat mangkal Dasuri Salim, lelaki kelahiran Pekalongan 1975 dengan putra dua orang. Tinggal di belakang Pasar Kembang, Senen, Jakarta Pusat dengan 21 Orang penghuni lainnya di sebuah rumah dua tingkat.
Menurut Salim kontrakan empat puluh juta per tahun tersebut ditanggung oleh 22 orang sehingga ringan untuk dibayar. Per orang tidak sampai dua juta per orang per tahun, atsu kurang dari dua ratus ribu per bulan.
"Pernah juga jual buah-buahan, tapi kemudian lebih fokus menjual cincau dan Cendol. Lebih menguntungkan. Ibarat modal lima ratus ribu, maka mendapatkan keuntungan sekitar itulah," aku Dasuri Salim, Senin (30/9) siang di Jakarta.
Ia sejak Idul Adha 1445 H belum pulang. Rasa kangen pada keluarga, istri dan anak ia tahan belaka. Namun, kiriman uang melalui jasa perbankan dengan rutin ia lakukan.
"Yang kecil masih sekolah di SMP, sedangkan yang besar sudah bekerja di Pekalongan. Lumayan bisa bantu ibunya bila kiriman saya telat atau kurang," lanjut Salim.
Menurut Salim setiap hari kiriman daun cincau dikirim dari Bekasi, Jawa Barat. Ia lebih suka memilih daun yang segar untuk cincau demi hasil yang optimal. Cincau dibuat pukul 04 pagi dan selesai pukul 9 pagi dan siap dipasarkan. Tanpa pemanis buatan asli dari gula murni.
"Sedangkan Cendol dibuat agak lebih malam, yaitu usai sholat Isya.Cendol bahan baku dari tepung beras, sagu aren. Baik cincau dan Cendol saya bikin sendiri. Bukan buatan majikan atau orang lain. Tapi, saya buat sendiri. Alhamdulillah, kadang ada juga yang meminta saya untuk bikin sesuai pesanan sebuah instansi, " kata Salim.
Para usaha mikro seperti Salim yang telah berusaha sejak 1995 masih luput diperhatikan oleh Pemprov DKI Jakarta. Mereka umumnya tumbuh sendiri dengan modal apa adanya. Kadang ada yang terjerat utang rentenir. Pemprop DKI Jakarta perlu lebih sering turun ke lapangan.