Jakarta, Kabartujuhsatu.news, Dengan bermodal gunting dan uang hanya duapuluh ribu rupiah Haerudin berangkat ke Jakarta menumpang Bus Budiman.
Bertekad menaklukkan kota Jakarta. Ia bekerja di sebuah pabrik bantal milik Deden di bilangan Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.
Namun karena wabah Covid-19 dan juga karena tidak ada kenaikan gaji, maka Haerudin memutuskan mundur sebagai buruh di pabrik bantal yang juga terlihat tidak ada kemajuan.
Ia memilih membuka layanan vermak Levis dan aneka pakaian lainnya.
Lelaki kelahiran tahun 1978 ini adalah lima bersaudara yang kesemuanya bergerak di sektor informal, mulai pedagang mikro hingga dirinya yang memberikan jasa vermak pakaian rusak.
Karena gak naik gaji. Akhirnya Haerudin memutuskan mundur saat kebetulan covid-19 hadir di tanah air.
"Sekali dalam tiga bulan pulang ke Tasik menengok kedua putra yang telah tumbuh remaja.
"Di sini saya kost bulanan tidak jauh dari mesjid di RW sini, " Ungkap Haerudin, Senin (7/10) siang di tengah kesibukan mengerjakan service celana sobek.
Bu Mami salah satu pelanggan jasa penjahit keliling ini mengakui kehandalan hasil kerja Haerudin. Menurut ibu dari tiga anak ini menilai kerjaan Agus cukup rapih dan bisa diandalkan.
"Kadang agak sulit menemui Haerudin karena ia sering mangkal di RW sebelah. Beda dengan si Gendut yang mangkal di pinggir kali depan rumah.
"Kadang si Gendut rajin menawarkan jasa ke rumah bila mana yang mau diperbaiki. Jadi, si Gendut lebih " Menjemput Bola" daripada Haerudin, "tutup Ibu Mami.
(HSW)