Pemerhati Pendidikan Ramli Mahmud Sebut Fenomena Perkelahian Anak di Sekolah Bagian dari Dinamika Sosial
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Pemerhati Pendidikan Ramli Mahmud Sebut Fenomena Perkelahian Anak di Sekolah Bagian dari Dinamika Sosial

    Kabartujuhsatu
    Rabu, 09 Oktober 2024, Oktober 09, 2024 WIB Last Updated 2024-10-10T04:43:21Z
    masukkan script iklan disini

    Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Pemerhati pendidikan, Ramli Mahmud, S. Pd, memberikan analisis mendalam mengenai fenomena perkelahian antar anak di sekolah yang sering kali diikuti oleh perdamaian dengan cepat. Menurut Ramli, peristiwa ini merupakan bagian dari dinamika sosial yang lazim terjadi dalam proses perkembangan anak-anak, namun tetap membutuhkan pengawasan dari berbagai pihak, khususnya sekolah dan orang tua.

    1. Pemahaman tentang Konflik Alami
    Ramli menjelaskan bahwa anak-anak sering terlibat dalam konflik kecil sebagai bagian dari proses belajar tentang interaksi sosial. "Ini adalah tahap penting di mana mereka sedang mengembangkan keterampilan sosial, seperti empati, kompromi, dan penyelesaian masalah," ujar Ramli. Konflik semacam ini, selama tidak melibatkan kekerasan fisik atau emosional yang serius, dianggap sebagai hal yang wajar dan dapat membantu anak-anak belajar untuk memperbaiki hubungan setelah perselisihan.

    2. Peran Sekolah dalam Pengawasan
    Meskipun konflik kecil dianggap normal, Ramli menekankan pentingnya peran sekolah dalam memantau situasi tersebut. "Guru dan staf sekolah harus mampu mengidentifikasi tanda-tanda awal yang menunjukkan konflik dapat berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius, seperti bullying atau kekerasan yang berkelanjutan," tegasnya. Menurut Ramli, sekolah harus menjalankan pendekatan preventif dalam membimbing anak-anak untuk mengelola emosi mereka dengan baik.

    3. Pendekatan Non-Punitif
    Daripada memberikan hukuman pada anak-anak yang terlibat perkelahian, Ramli menyarankan sekolah untuk mengadopsi pendekatan pemulihan (restorative approach). "Pendekatan ini lebih efektif karena anak-anak diajak berdialog, memahami perasaan masing-masing, dan belajar tentang konsekuensi dari tindakan mereka," jelas Ramli. Dengan pendekatan ini, konflik tidak hanya diselesaikan secara instan, tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang penyelesaian masalah di masa depan.


    4. Pentingnya Dukungan Emosional
    Meskipun anak-anak sering berbaikan setelah perkelahian, Ramli mengingatkan bahwa dukungan emosional dari guru dan orang tua tetap dibutuhkan. "Anak-anak mungkin tidak sepenuhnya menyadari dampak emosional dari perkelahian tersebut. Oleh karena itu, penting bagi sekolah dan orang tua untuk memastikan tidak ada luka emosional yang tersisa," kata Ramli. Program anti-bullying dan pendidikan emosional di sekolah, menurutnya, sangat bermanfaat untuk membantu anak-anak mengungkapkan perasaan mereka dengan cara yang sehat.

    5. Peran Orang Tua
    Ramli juga menyoroti pentingnya komunikasi antara sekolah dan orang tua. "Orang tua harus diberi tahu jika terjadi perkelahian di sekolah, sehingga mereka dapat memberikan bimbingan di rumah," sarannya. Menurutnya, pendidikan pengasuhan yang mendukung perlindungan anak sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada orang tua mengenai cara mendampingi anak-anak dalam situasi konflik.

    Secara keseluruhan, Ramli Mahmud menyimpulkan bahwa perkelahian kecil di antara anak-anak di sekolah adalah bagian normal dari perkembangan sosial mereka. Namun, sekolah dan orang tua perlu tetap waspada untuk memastikan tidak ada eskalasi menuju kekerasan yang lebih serius, serta membantu anak-anak belajar mengelola konflik dengan cara yang sehat.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini