Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Penerapan kemampuan berpikir komputasional pada anak usia dini di PAUD Yayasan Nabigh Akademik mulai dilakukan pada beberapa pekan terakhir ini sebagai bentuk tindak lanjut dari program micro credential dari Kemendikbudristek bekerjasama dengan KNUE (Korea National University of Education). Menjadikan kemampuan berpikir komputasional sebagai salah satu fokus utama dalam implementasi kegiatan di kelas. Hal ini selaras dengan kurikulum merdeka dimana prosesnya mengedepankan kegiatan yang berpusat pada anak. Sebelum mengenal kemampuan berpikir komputasional pada anak usia dini, jika mendengar kata-kata seperti algoritma, abstraksi, dekomposisi dan rekognisi pola, tentu yang terbersit di pikiran kita adalah sesuatu yang sulit atau belum saatnya dikenalkan kepada anak di PAUD.
Namun pengenalan dimensi algoritma, abstraksi, dekomposisi dan rekognisi pola ternyata bisa dilakukan dengan sangat menyenangkan sejak usia dini. Bahkan di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Korea, Estonia, Israel, Finlandia, dan Inggris Raya telah memasukkan kemampuan berpikir komputasional dalam kurikulum mereka di PAUD. Jadi kita tidak perlu khawatir, kemampuan dasar ini ternyata mudah untuk disajikan dalam permainan di dalam dan di luar kelas melalui fasilitasi pendidik dalam proses belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan tahapan usia anak.
Implementasi kemampuan berpikir komputasional yang dikembangkan di PAUD Yayasan Nabigh Akademik diawali dengan merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat minimal tujuan pembelajaran, langkah-langkah kegiatan, serta rencana asesmen yang dapat mengasah kemampuan anak dalam algoritma, dekomposisi, abstraksi serta rekognisi pola. Rencana kegiatan sederhana yang disusun oleh pendidik meliputi kegiatan main sensori motor, kegiatan main pembangunan dan kegiatan main peran.
Di awal kegiatan pendidik mengajak anak untuk melihat video edukatif terkait taman kalong. Seperti kita ketahui bersama, bahwa penting untuk mengangkat topik pembelajaran yang dekat dengan anak. Taman Kalong merupakan ciri khas kabupaten Soppeng yang berada di pusat kota. Dengan topik ini, anak anak akan sangat mudah untuk menuangkan ide dan imajinasinya selama kegiatan main karena taman kalong sangat nyata dan sering mereka kunjungi bersama keluarga.
Hal pertama yang dilakukan pendidik adalah memantik kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berbahasa anak melalui sebuah tayangan video tentang taman kalong. Anak-anak dibawa berpetualang untuk menyaksikan indahnya kota Watansoppeng dengan taman kalong yang berada di pusat kota. Setelah mengamati video edukatif, anak anak diajak bermain bersama untuk bermain happy maps dimana seorang anak bertindak sebagai robot dan seorang anak bertindak sebagai programmer untuk mengarahkan robot bergerak maju, melangkah mundur, melangkah ke kanan atau melangkah ke kiri sambil menunjukkan arah panah.
Kemampuan anak dalam menentukan pola ini ternyata sudah mengembangkan kemampuan algoritma sederhana melalui bermain yang menyenangkan. Anak – anak melakukannya dengan saling bergantian menjadi robot dan programmer. Mereka yang menjadi robot ditandai dengan menggunakan helm agar permainan lebih seru.
Pendidik juga memberikan inspirasi awal pada anak berupa video dan gambar kalong atau kalelawar. Pada kegiatan lain, anak diberi kebebasan untuk menggunakan kepingan geometri dan di susun sehingga membentuk kalong. Anak ternyata dengan mudah dapat menyusun bentuk segitiga dan lingkaran dengan berbagai ukuran menjadi bentuk menyerupai kalong atau kalelawar. Setlah berkegiatan, pendidik memfasilitasi anak dengan pertanyaan terbuka agar mampu melakukan dekomposisi sederhana dengan menyebutkan jumlah kepingan segitiga dan kepingan lingkaran yang ia gunakan untuk berkarya.
Tentu sangat seru belajar dekomposisi melalui bermain seperti ini. Walaupun anak belum memahami apa arti dekomposisi, minimal meeka sudah menerapkannya dalam kegiatan bermain sehari-hari untuk memantik kemampuan berpikir kritis anak sejak usia dini dalam menyongsong abad 21 kelak. Pada akhir sesi kegiatan, anak-anak juga mampu menceritakan kembali isi video edukatif yang ditayangkan di awal kegiatan. Mereka menunjukkan kemampuan abstraksi dengan menyebutkan huruf-huruf yang nampak pada video tersebut dan mengabaikan hal-hal lain yang tidak penting.
Tidak hanya itu, anak-anak hebat ini ternyata juga mampu menyusun trotoar yang ada di taman kalong dengan menggunakan balok domino. Nampak saat berkegiatan, mereka mampu memahami pola (rekognisi pola) A – B – A - B dengan menyusun dua warna balok domino secara bergantian yaitu warna hijau – kuning – hijau - kuning dan ada pula anak yang memilih warna hitam - kuning - hitam – kuning secara bergantian. Pengalaman belajar yang mengasyikkan telah tersaji dengan efektif di PAUD Yayasan Nabigh Akademik dengan tetap memperhatikan prinsip prinsip bermain anak usia dini seperti : anak sebagai pembelajar aktif, anak membangun pengetahuannya sendiri, anak belajar dari lingkungan, anak berpikir melalui benda konkret serta pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan dan usia anak.
Penting bagi seorang pendidik PAUD menguasai pengembangan berpikir komputasional dalam implementasi pembelajaran sehari-hari untuk menyiapkan anak menyongsong masa depan melalui pembiasaan kemampuan memecahkan masalah (problem solving) dan berpikir kritis (critical thingking). Berbagai sajian kegiatan bermain di atas mampu menggiring anak dalam mengambil keputusan baik dalam menentukan langkah, memilih kepingan geometri serta sebelum menjawab pertanyaan pendidik.
Seiring perkembangan digital pada masa sekarang ini, maka kemampuan berpikir komputasional menjadi hal dasar yang penting untuk dimiliki oleh setiap anak usia dini. Bukankah mereka dimasa depan akan berhadapan dengan perangkat digitalisasi yang serba cepat, sehingga dengan mengenalkan kemampuan berpikir komputasional mulai sekarang akan sangat membantu mereka untuk merumuskan, menganalisis dan menyelesaikan masalah sehari-hari dengan solusi yang tepat.