Soppeng (Sulsel) , Kabartujuhsatu.news, Serangkaian narasi yang ditulis oleh Jamaro Dulung yang di posting ulang di group whatshap oleh HR mendapat tanggapan dari berbagai pihak, Selasa (15/10/2024).
Dalam ulasan postingan itu tertuang narasi bahwa, Alasan rakyat Soppeng memilih pemimpinnya bisa diukur dengan statistik.
"Siapa yang paling sering hadir pada acara Pernikahan dan Kematian itulah yang akan memenangkan pertarungan, katanya dalam postingan itu.
Menurut si penulis, "Sejatinya pertarungan itu sudah dimulai sejak lama, bukan hanya hari ini menjelang PILKADA.
"Juga bukan dibuat buat, mendadak baik, sopan dan dermawan.
"Masyarakat Soppeng tidak bisa diperdaya dengan sembako dan senyum seketika.
"Pole peegaki? Magi nappaki cumpaa? Mappabottingnga, amatekka deeki gaga pole, katanya dalam bahasa Bugis.
Menurutnya lagi, "Dalam teori atribusi menyebutkan "pilihan dijatuhkan pada kemiripan atribut dan kepedulian terutama dalam duka'.
"Rakyat memilih orang yang dianggap bisa sependeritaan kemudian berhasil bersama.
"Soppeng menyiapkan dua pasang Putera terbaik. Silahkan memilih yang terbaik, tutupnya si penulis.
Terkait hal itu, Ahmad Mario menyampaikan tanggapannya melalui tulisan yang mengatakan, "Melayat adalah hal wajib sesama muslim dan pergi ke pengantin tidak ada kaitan pilkada karena terkait datang ke pengantin pasti dan jelas datang, apalagi ku pura najokkaiki taue, ucapnya dengan emotion ketawa.
Sementara itu, anggota group lainnya menanggapi bahwa, "Terlalu rendah standar kepemimpinan jika hanya memakai atribut statistik, berupa siapa yang paling banyak hadir di pesta pernikahan dan kematian, akan menjadi pilihan rakyat Soppeng ke depan.
"Padahal, Soppeng butuh kepemimpinan yang visioner, berintegritas yang telah selesai dengan dirinya, tulisnya.
"Kepemimpinan visioner diperlukan Soppeng oleh karena daerah ini, minim sumber daya, sehingga punya keterbatasan dalam memacu pertumbuhan daerah.
"Sementara, Soppeng juga membutuhkan pemimpin yang secara ekonomi telah selesai dirinya agar ke depan dia tak berpikir untuk mengambil uang rakyat untuk memperkaya diri, urainya dengan tegas.
Anggota grup lainnya, Agus Iskandar juga menanggapi bahwa, "Sempit sekali pola pikir, klo hanya itu ukuran untuk memilih seorang pemimpin...
"Tau majuru mi tu jokka botting e de nade niundang, tuturnya.
Tanggapan lainnya, salah satu anggota grup menambahkan bahwa, Cakep......"Tidaklah elok jika melayat dan menghadiri undangan di hitung secara statistik dan di jadikan suatu yang diakusisi menjadi investasi politik, karena itu adalah bagian dari interaksi sosial normatif, kata Azas dengan narasi menyakinkan.
(Red)