Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Jembatan Salokaraja di Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, runtuh pada Minggu malam (22/12), sekitar pukul 19.15 WITA. Peristiwa ini menyebabkan akses vital yang menghubungkan beberapa wilayah terputus total, sehingga mengundang perhatian masyarakat yang langsung turun ke lokasi untuk menyaksikan kondisi jembatan.
Di antara warga yang hadir, Drs. Jamaluddin, M. Si, seorang tokoh masyarakat setempat, memberikan informasi menarik terkait sejarah jembatan tersebut.
“Seingat saya, jembatan Salokaraja ini dibangun sekitar tahun 1968. Usianya sudah sangat tua, mungkin itu salah satu penyebab keruntuhannya,” ujar Jamaluddin saat ditemui di lokasi.
Jamaluddin menambahkan bahwa jembatan ini sudah lama menjadi penghubung utama bagi masyarakat, sehingga runtuhnya menjadi pukulan besar bagi aktivitas warga sekitar.
“Jembatan ini sangat penting, tidak hanya untuk akses sehari-hari, tetapi juga untuk kegiatan ekonomi masyarakat. Dengan kondisi ini, banyak aktivitas akan terganggu,” tambahnya.
Keruntuhan jembatan diduga akibat usia yang sudah tua dan derasnya aliran air selama hujan lebat beberapa hari terakhir. Struktur yang rapuh akhirnya tidak mampu menahan tekanan, sehingga menyebabkan jembatan ambruk.
Runtuhnya Jembatan Salokaraja menjadi perhatian serius berbagai pihak, mengingat fungsinya yang strategis sebagai penghubung antarwilayah. Saat ini, masyarakat setempat hanya bisa menunggu langkah cepat dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
(Red)