Bojonegoro, Kabartujuhsatu.news, Lagi-lagi para petani di Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro harus menelan ludah sendiri saat keluhan mereka tentang pupuk dijawab dengan kunjungan.
Ya, bukan solusi, tapi kunjungan ramai-ramai ke gudang pupuk.
Kamis (24/04/2025), rombongan dari DKPP Bojonegoro, Dinas Perdagangan, KODIM 0813, hingga Distributor CV. Luas Nusa tumplek blek di Gudang Penyangga 2 Pupuk Sumberrejo.
Tujuannya bukan bagi-bagi pupuk, tapi memastikan bahwa katanya pupuk aman.
Kepala Gudang, Anwar, dengan mantap menyebut stok di gudangnya melimpah, 3.763 ton lebih.
Tapi entah mengapa, petani masih saja kelimpungan mencari pupuk saat masa tanam.
“Pupuknya ada, tapi nyarinya susah, dapetnya mahal,” celetuk seorang petani yang memilih diam di media tapi bersuara lantang di lapangan.
Plt Kepala DKPP, Zainal Fanani, menegaskan bahwa isu kelangkaan pupuk itu hoaks. Lucunya, di saat masyarakat berteriak kesulitan, pemerintah justru sibuk membantah dan meminta rakyat tidak percaya medsos.
Padahal yang kesulitan bukan Instagram, tapi petani yang sehari-hari bergelut dengan lumpur dan tagihan.
Dengan dalih “masih 16,8% penyerapan” dan “stok aman”, pejabat seolah ingin menutup telinga dari fakta lapangan.
Bahkan ketika penyerapan disebut sudah 100% di Ngampal, tetap saja ada kisah soal harga pupuk yang melambung hingga Rp15 ribu per sak di atas HET.
Alasannya untuk operasional, konsumsi, dan fotokopi. Serius, harga pupuk naik karena fotokopi.
Klaim bahwa “semua sudah tersalurkan” terasa seperti lagu lama yang terus diulang tanpa melihat realitas di lapangan.
Petani tetap saja kesulitan, distribusi tetap tak merata, dan harga tetap meleset jauh dari HET.
Tapi selama gudang penuh dan data di meja rapat kelihatan bagus, semua dianggap beres.
Alih-alih mencari solusi konkret, aparat justru lebih sibuk menyalahkan kabar burung dan menegaskan bahwa masalah itu tidak ada.
Kalau begitu, mungkin petani harus mulai belajar diam saja dan menanam hoaks, karena itu yang paling subur belakangan ini.
(Redho)