Kisah Nyimas Utari, Prajurit Wanita Mataram Yang Memenggal Gubernur VOC JP. Coen
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner
    Klik Gambar Inaproc Kabartujuhsatu di Kolom Pencarian

    Daftar Blog Saya

    Kisah Nyimas Utari, Prajurit Wanita Mataram Yang Memenggal Gubernur VOC JP. Coen

    Kabartujuhsatu
    Senin, 21 April 2025, April 21, 2025 WIB Last Updated 2025-04-22T00:48:35Z
    masukkan script iklan disini


    Raden Ayu Utari Sandi Jaya Ningsih adalah seorang mata-mata atau "telik sandi" Kerajaan Mataram yang berhasil meracuni Gubernur Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) Jan Pieterszoon Coen pada 20 September 1629.


    Lalu JP Coen dipenggal, dan kepalanya dibawa ke ibu kota Mataram di Kotagede.


    Utari merupakan keponakan Sultan Agung Hanyokrokusumo, raja ketiga Mataram (1593-1645).
    Pada Mei 1629, Kerajaan Mataram Islam di bawah pimpinan Sultan Agung menyerang Batavia yang saat itu masih dikuasi VOC.


    Penyerangan itu merupakan yang ke dua setelah serangan pertama gagal di tahun 1628.


    Tugas Nyimas Utari adalah menjadi mata-mata untuk mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan musuh.


    Namun, dalam sepak terjangnya sebagai mata-mata, Nyimas Utari pernah menangani sebuah tugas yang cukup berat.


    Kala itu, Sultan Agung memberinya tugas untuk membunuh Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen dengan cara penyamaran.


    Nyimas Utari menyamar menjadi seorang penyanyi (sinden) di benteng perkumpulan perwira VOC.


    Masuknya Nyimas Utari menjadi salah satu penyanyi perwira VOC tidak terjadi begitu saja, tetapi bekerja sama dengan asisten JP Coen, yaitu Wong Agung Aceh.


    Ketika di Batavia, Nyimas Utari bergabung dengan para mata-mata dari Samudra Pasai.


    Nyimas Utari kemudian dinikahkan dengan Mahmudin, seorang intelijen dari Samudra Pasai yang terkenal cerdas dan mahir.


    Pernikahan mereka bukan sekadar ikatan cinta, melainkan bagian dari strategi Mataram untuk memperkuat jaringan intelijen.


    Pasangan ini kemudian melakukan berbagai penyamaran untuk menjalankan misi rahasia yang berisiko tinggi.


    Untuk mendekati target utama, yaitu Jan Pieterszoon Coen, Nyimas Utari dan Mahmudin menggunakan berbagai penyamaran yang cerdik.


    Nyimas Utari menyamar sebagai penyanyi di klub eksklusif tempat berkumpulnya para perwira VOC, sementara Mahmudin berkamuflase sebagai saudagar yang dipercaya dan dihormati.


    Kehadiran mereka di Batavia difasilitasi oleh Wong Agung Aceh, asisten pribadi Coen yang diam-diam bersimpati kepada perjuangan Mataram.


    Misi sulit dan berbahaya ini bersamaan dengan tentara Mataram menyerbu Batavia pada tahun 1629, Nyimas Utari memanfaatkan kekacauan itu dengan membunuh istri JP. Coen yang bernama Eva dan anak-anaknya dengan racun.


    Kematian ini meninggalkan luka mendalam dan membuat Coen berada dalam keadaan emosional yang rapuh.


    Empat hari setelah itu, duka mendalam dan kebingungan akibat kehilangan tersebut membuat JP Coen menjadi lengah.


    Dalam kesempatan itu, tepat pada 20 September 1629, Nyimas Utari berhasil mencampurkan racun arsenik ke dalam minuman Coen saat sebuah pertemuan di klub perwira VOC.


    JP Coen pun terbunuh karena meneguk minuman yang sudah dicampuri racun, racun tersebut bekerja cepat, membuat Coen tewas dalam waktu singkat tanpa sempat mendapatkan pertolongan.


    Setelah memastikan kematian JP Coen, Nyimas Utari lantas memenggal kepala JP Coen sebagai bukti keberhasilan misinya dan menyerahkannya kepada Wong Agung Aceh.


    Setelah berhasil menyelesaikan misi yang berbahaya tersebut, Nyimas Utari, Mahmudin dan Wong Agung Aceh berusaha melarikan diri dari Batavia,
    dengan membawa kepala JP Coen, tetapi mereka menghadapi tantangan besar untuk keluar dari kota yang kini berada dalam kondisi siaga tinggi.


    Sayangnya, dalam proses pelarian tersebut, Nyimas Utari tewas akibat tembakan meriam dari pasukan VOC yang mengejar mereka.


    Wong Agung Aceh dan Mahmudin berhasil keluar dari Batavia sambil membopong jenazah Nyimas Utari hingga wilayah Desa Keramat, di tempat itulah Nyimas Utari dimakamkan.


    Kepala JP Coen kemudian diserahkan kepada Tumenggung Surotani untuk dibawa ke Istana Mataram di Yogyakarta.


    Saat tiba di Mataram, Sultan Agung memerintahkan untuk mengawetkan kepala JP Coen.


    Nantinya, penggalan kepala tersebut akan dikubur di baris ke-716 tangga menuju makam raja-raja Mataram di Imogiri.


    Keberhasilan operasi komando pembunuh JP Coen ini secara keseluruhan telah menghentikan niat Sultan Agung melanjutkan peperangan melawan Kompeni Belanda di Batavia, namun selama Sultan Agung masih bertahta di Mataram selama itu pula VOC di Batavia tidak berani mengusik kedudukan Sultan Agung di Mataram.


    Kisah pembunuhan JP Coen oleh Nyimas Utari menjadi bahan perdebatan di kalangan sejarawan.


    Beberapa sumber kolonial menyebut bahwa Coen meninggal akibat wabah penyakit, sementara sumber-sumber lokal dan catatan seperti Babad Jawa menceritakan JP Coen dibunuh oleh Nyimas Utari.


    Sumber kolonial seolah olah menutup nutupi keberhasilan Mataram membunuh JP Coen.


    Makam Nyimas Utari berada di Desa Keramat, Tapos, Bogor, Jawa Barat.


    Abror Subhi, Dikutip dan Disusun Kembali Dari Berbagai Sumber

    Ada sumber yang mengatakan bahwa Wong Agung Aceh dan Mahmudin adalah orang yang sama, ada juga yang mengatakan keduanya beda orang

    Ada sumber yang mengatakan bahwa suami Nyimas Utari bernama Syekh Auliamudin, bukan Mahmudin, keduanya sama-sama dari Aceh. 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini