Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Di balik struktur dan sistem pendidikan yang berjalan di Kabupaten Soppeng, terdapat jalinan batin yang lebih dalam dari sekadar hubungan kerja. (7/4/2025).
Ada simpul rasa, kehangatan emosional, dan harmoni pengabdian yang menyatu dalam langkah-langkah senyap para pemimpin pendidikan.
Hubungan yang tak kasat mata, namun terasa nyata dalam setiap denyut perjuangan mencerdaskan anak bangsa.
Sosok Andi Sumangerukka, SE., S. Sos., M. Si, selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Soppeng, menjadi poros utama yang menyalakan semangat kolektif.
Dalam kepemimpinannya, arah kebijakan tak hanya berupa instruksi administratif, melainkan menjelma kasih dan inspirasi.
Ia menanamkan nilai kebijaksanaan yang meresap, menjadikan pendidikan sebagai ruang yang manusiawi dan berakar pada nurani.
Di lini wilayah, Drs. Jamal, M. Si, sebagai Koordinator Wilayah UPT Pendidikan Kecamatan Lalabata, hadir membawa keteduhan.
Ia tidak sekadar menjadi penghubung antara pusat dan satuan pendidikan, tetapi juga menjadi jembatan harapan, menyatukan suara-suara sunyi para guru dengan arah kebijakan yang visioner.
Langkahnya membumi, tutur katanya menenangkan, dan kehadirannya menjadi penguat di balik layar.
Sementara itu, Sudirman, S. Sos., S. Pd, pengawas sekaligus pendamping Gugus 1 Soppeng, dikenal sebagai pribadi yang mendekap dengan empati.
Ia hadir bukan sekadar sebagai pengendali kualitas, tetapi sebagai sahabat dan pelita di tengah tantangan.
Ia memahami lebih dari sekadar kurikulum dan membaca batin para guru, mendengarkan suara murid dalam diam, dan memberi ruang bagi inspirasi untuk tumbuh.
Di garis depan satuan pendidikan, Abdul Asis, S. Pd I, Kepala SD Negeri 7 Salotungo, menunaikan peran dengan dedikasi sunyi yang bermakna.
Sekolah ia kelola sebagai taman jiwa, bukan hanya tempat belajar, tetapi ruang bertumbuh bagi karakter dan impian.
Ia menenun setiap langkah program dengan makna, menjadikan wajah-wajah murid sebagai sumber energi dalam diam dan doa.
Empat sosok ini menjalin kerja sama bukan hanya dalam garis tugas, tetapi dalam simpul batin yang penuh rasa syukur.
Mereka saling menguatkan, saling memahami, dan saling percaya dalam satu tujuan yang mulia: menciptakan pendidikan yang mencerdaskan dengan cinta, keberanian, dan kebijaksanaan.
Apa yang mereka hadirkan bukan sekadar birokrasi, tetapi resonansi jiwa dalam pengabdian.
Di tangan mereka, pendidikan di Soppeng tidak hanya bergerak, namun tetapi hidup.
(Red)